Sudah 30 menit aku terbengong di depan komputer….

1 jam telah berlalu….

2 jam lebih….

Hah, susah banget sih membuat cerita! Aku mengomeli diriku sendiri di facebook.

Kenapa Zaen, kelihatannya kok depresi banget? Tanya Kelvin.

Iya nih, masak aku sudah ngenet berjam jam tapi belum dapat inspirasi untuk menulis cerita sedikitpun?

Ya udah, mending sekarang keluar aja dari warnet trus pulang deh, entar juga dapat inspirasi di jalan.

Aku akhirnya menuruti kemauannya.

Perjalanan pulangku benar benar mengesalkan. Tak dapat satu inspirasipun di perjalanan. Apa yang harus kulakukan? Tanyaku pada hati yang risau.

BOOM. Terjadi tabrakan hebat di hadapanku antara bis dan kereta api. Aku bingung sejak kapan kereta api bisa masuk jalan raya?

Kupandang tabrakan di hadapanku. Sekilas aku melihat sesosok kabut putih yang menarik perhatianku. Siapa kau?  Bisikku.

Cukup imajinasimu yang akan menjawabnya…

Kau tau perilaku aneku setiap mendapat masalah? Yup, memandang langit. Tahukah kamu, di langit sana, mereka memanggil manggilku, menyebut nyebut namaku, menginginkan kedatanganku. Ini bukan fiksi! Nyata. Mereka mengharapkanku.
Akupun mengharapkan mereka.
Setiap kali tidur, aku merasa rese’. Kenapa? Bukan karena aku jarang mimpi tapi yang lebih spesifik lagi, aku tidak pernah melihat mereka, makhluk makhluk langit.
Sebenarnya sih, ga pantas aku menjulukinya makhluk makhluk langit. Mereka adalah keluargaku, saudaraku. Dan aku yakin, ketika aku berhasil mengkkhatamkan Qur’an ini, mereka akan menyapaku.
Karena suatu hari, aku mimpi bertemu mereka dan mimpi itu seperti nyata sekali
@@@
Aku bangun dari tidurku dengan selimut yang masih kupangku dan aku masih ngantuk. Lalu, kutatap langit. Aku melihat sosok wanita cantik yang menurutku masih gadis seumuranku dengan sepasang sayap merpatinya, turun perlahan mendekatiku.
Ya Allah, apakah inimimpi? Pikirku dalam hati.
Oh tidak, sepertinyaini nyata. Gadis langit itu mendekatiku hingga sangat dekat sekali, 1 meter. Hatiku terasadeg degan dan hasratku membuncah. Ga bisa kutahan. Ingin sekali aku memeluknya. Lalu, saat kurentangkan kedua tanganku, aku menjadi kaku. Dia berkata, Kak, apa yang kau lakukan? Kita keluarga.
Apa? Benarkah ini? Atau dia hanya membual? Tapi aku yakin gadis langit secantik dia takkan pernah berbohong. Dengan sedih (karena ga bisa memeluknya), aku bertanya, Ba... gai... ma... na bisa? Hik... Hik...
Kakak memang sengaja diutus ke bumi untuk menjalankan misi mulia dan agung.
Apa... kah ituuu?
Menjaga Al Qur’an. Jangan kakak sia siakan kesempatan ini, kak. Aku akan kembali lagi ke langit dan menunggu kehadiranmu dengan Qur’anmu. Da... Kak... Gadis cantik bersayap itu (yang ternyata saudariku) kembali terbang dengan anggun ke langit dengan sedih.
Adik, aku juga merindukanmu... Akupun ikut sedih karena baru ketemu berpisah kembali.
@@@
Kau tau kan sekarang kenapa aku selalu melihat langit saat tertimpa masalah? Ya, aku rindu mereka dan aku ingin melihat mereka kembali. Akupun sadar kembali, bahwa misiku di sini adalah menghapal dan menjaga Qur’an mulia, itu pesan adikku yang tiba tiba meluncur dari langit.
Kupandangi kembali langit malam ini. Kulihat arak arakan awan yang mengalir pelan seakan akan merangkak. Akupun melihat awan awan itu memandangku, memanggil manggil namaku. Aku terharu.
Ya, saudariku, aku takkan melupakanmu. Aku tersenyum.


Sebuah bola karet merah yang biasa kami sebut bola basket memantul mantul di atas tanah lapang cor coran. Memantul mantul di atas kendali Boim, seorang anak yang mengaku jago bermain bola basket.
Boim menangkap bola basket yang tadi dipantul pantulkannya. Membidik ring. Mengalkulasi kemungkinan masuknya bola basket dengan rumus y=3x2+0x-3 (kalau koefisiennya dikumpulkan, menjadi 303 atau WOW). Dia yakin bola basket itu akan masuk ke ring dengan mulus.
Dari arah kanan, 2 orang berkaos merah (seragam musuh) berlari mendekatinya. Salah satunya bermanuver ke bawah ring. Yakin bola basket itu akan menembak ring. Siap menangkap. Salah seorang yang tadi berlari ke arahnya tadi semakin kencang saja larinya.
Boim cemas. Bola basket itu langsung dilemparkannya begiru saja. Musuh yang berancang ancang di bawah ring tersenyum. Berharap meraih bola. Tapi, bola itu bukan menuju ke arah ring namun tepat di sebelah kiri ring. Penjaga ring tersentak. Bola basket itu langsung dikejar oleh Manan, salah seorang timnya. Penjaga ring ikut mengejarnya. Manan melompat, tangan kanannya mengacung dengan telapak tangan yang melebar. Musuh ikut melompat.
Bola menempel di telapak tangan kanan Manan. Ibarat pegas, bola memantul di telapak tangannya Manan, lalu ... Goool. Penonton bersorak. Cheerladers bersorak. Menghibur.
Mananriang. Berlari lari. Gembira. Mengayun ayunkan kepalan tangan kanannya.

Total Pageviews (01/03/2012)

Followers

More

Whats Hot